Monday, April 23, 2012

Saudara Ipar Pembawa Kematian!


Saudara Ipar Pembawa Kematian!

SUATU ketika kholid terlihat sedih dan galau di meja kerjanya. Melihat keadaan itu, rekannya menghampiri dan berkata, “kholid, kita kan sudah seperti saudara kandung sebelum menjadi rekan kerja di tempat ini. Sudah hampir seminggu aku melihatmu murung dan memikirkan sesuatu yang berat. Sebenarnya ada apa kholid?”

kholid terdiam beberapa saat, kemudian mengatakan, “Terima kasih Saleh atas perhatianmu. Saat ini aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk memecahkan masalahku.”

kholid lalu menuangkan secangkir teh untuk Saleh.

“Seperti yang kamu ketahui, aku telah menikah hampir delapan bulan dan di rumah hanya ada istri saya. Tetapi masalahnya adalah bahwa adik saya, mamad yang sekarang berumur dua puluh tahun telah menyelesaikan pendidikannya di SMA dan diterima di salah satu universitas yang berada di kota ini. Dia akan datang ke sini seminggu atau dua minggu lagi untuk memulai studinya.

Alkisah, kedua orangtua kholid memaksa agar mamad tinggal di rumah kholid daripada tinggal dengan teman-temannya di sebuah apartemen, karena takut terjadi hal-hal yang menyimpang.

Rupanya, kholid menolak permintaan kedua orangtuaku itu. Sebab baginya kehadiran seorang pemuda di rumahnya sangat berbahya.

“Kita sama-sama tahu dan sama-sama merasakan masa muda dulu sewaktu belum menikah, bagaimana gejolak nafsu seorang pemuda terhadap lawan jenisnya. Jika perusahaan memberikan jam lembur atau menugaskanku ke luar kota, tentu aku pulang terlambat atau bahkan tidak pulang ke rumah untuk beberapa hari. Pada saat itu, yang tinggal di rumah hanya istri dan adikku saja. Jujur aku katakan, aku pernah berkonsultasi dengan salah seorang ulama, dan dia melarangku untuk mengizinkan lelaki manapun tinggal serumah dengan kami sekalipun saudara kandungku sendiri,” ujarnya.

Kala itu, sang Syekh menyitir sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berbunyi,

“Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” Seorang suami sudah pasti ingin beristirahat dengan nyaman bersama istrinya di rumah. Namun hal ini tidak dapat dicapai jika mamad tinggal di rumah kami.”

kholid kembali diam sambil meminum teh yang dibuatnya.

“Aku sudah menjelaskan kepada ayah dan ibu perihal ini berkali-kali disertai dalil dan logika yang kuat, dan aku bersumpah kepada mereka demi Allah Yang Mahakuasa bahwa aku sangat mengharapkan kebaikan bagi saudaraku mamad. Sayangnya, ayah dan ibu menuduhku sebagai orang yang sakit hati, mereka mengatakan bahwa tidak mungkin mamad mengganggu istriku karena dia telah mengganggapnya seperti kakak kandung sendiri. Lebih parah lagi ayah mengancamku jika aku tidak menerima permintaaannya, maka ayah dan ibu tidak mau mengenaliku lagi sampai mereka meninggal dunia.”

kholid kembali terdiam. Ia menjadi serba salah atas situasi ini. “Menurutmu, apa solusi terbaik dari masalahku ini Saleh?”

“Aku tidak bermaksud mengajarimu atau pun mencampuri urusan keluargamu. Aku melihat dirimu adalah seorang paranoid dan skeptis; kalau tidak demikian, mengapa kamu menentang pendapat kedua orangtuamu? Lupakah kamu bahwa keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orangtua, dan kemurkaan Allah juga tergantung kepada kemurkaan kedua orangtua seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam? Kenapa kamu berburuk sangka kepada saudaramu? Bukankah jika dia berada di rumah dapat membantu pekerjaanmu? Apakah kamu lupa dengan firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujuraat: 12). Katakan sejujurnya kholid, “Apakah kamu percaya kepada istrimu dan saudaramu?”

“Aku percaya kepada istri dan saudaraku, tapi….”

“Tapi apa kholid? Kamu ragu kepada mereka? Yakinlah bahwa saudaramu mamad akan membantumu dan istrimu dalam keperluan rumah tangga, tidak mungkin dia mengganggu istrimu karena dia mengganggapnya sebagai kakak kandungnya. Sekarang aku tanya, jika mamad telah menikah apakah kamu mau mengganggu istrinya? Tentu tidak bukan?

Buanglah semua was-was dan praduga terhadap saudaramu itu, karena was-was berasal dari setan yang terkutuk. Aku sarankan kamu menempatkan mamad di kamar depan, kemudian kamu membuat pintu yang memisahkan kamarnya dengan ruangan belakang dan kamarmu, sehingga kamu tetap nyaman ketika beristirahat,” kata Saleh.

Tampaknya kholid kalah argumentasi dengan Saleh, tak ada pilihan lain selain menerima saran rekannya itu. Beberapa hari kemudian, kholid menjemput adiknya ke bandara dan membawanya ke rumah. Seperti yang disarankan Saleh, mamad tidur di kamar depan.

Hari demi hari pun berlalu. kholid, istrinya dan mamad hidup bahagia tanpa banyak kendala yang mereka hadapi. Tak terasa sudah empat tahun mamad tinggal bersama kholid. Tak terasa pula kholid telah berusia tiga puluh tahun dan telah dikaruniai tiga anak. mamad pun hampir lulus kuliah. kholid berjanji akan mencarikan pekerjaan yang cocok bagi adiknya dan tetap tinggal bersamanya di rumah sampai menikah dan pindah bersama istrinya ke rumah baru.

Cobaan Di Malam Hari

Suatu malam, ketika kholid mengendarai mobilnya dalam perjalanan pulang, di salah satu jalan dia melihat samar-samar dua bayangan. Setelah mendekat ternyata ada seorang ibu tua dengan wanita muda yang tergeletak di tanah menjerit-jerit, sedangkan ibu itu berteriak minta tolong. kholid pun menanyakan keadaan mereka berdua. Ternyata mereka mereka bukan penduduk kota ini dan baru tinggal satu minggu di sini. Wanita itu adalah putrinya yang ditinggal suami untuk keperluan pekerjaan di luar kota. Dia terlihat meringis kesakitan memegang perutnya karena rasa sakit melahirkan. Tangisan ibu tua dan jeritan wanita muda itu membuat kholid kasihan kepada mereka. Tanpa pikir panjang, kholid pun membawa keduanya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, para dokter memutuskan untuk melakukan operasi caesar kepada wanita itu karena tidak mungkin melahirkan dengan normal.

kholid tidak langsung meninggalkan rumah sakit sampai memastikan keadaan wanita muda itu dengan janin yang dikandungnya. Dia memutuskan untuk duduk di ruang tunggu dan meminta ibu tua itu untuk mengabarkan jika cucunya telah lahir. Setelah itu kholid menelpon istrinya dan mengatakan bahwa dia terlambat pulang karena ada sedikit keperluan dan akan kembali segera.

Selang beberapa jam dia terbangun karena mendengar suara keras dari dokter dan dua orang polisi yang mendekatinya. Tak disangka ibu tua yang diantarnya ke rumah sakit itu mengacung-acungkan jari telunjuk ke arahnya sambil berteriak, “Itu orangnya, itu orangnya.”

kholid terkejut dan heran. Dia langsung berdiri dan berjalan ke arah ibu itu sembari bertanya, “Apakah persalinan putri ibu berjalan lancar?”

Sebelum pertanyaannya dijawab, dua orang polisi mendekatinya dan bertanya, “Apakah anda yang bernama kholid?”

“Ya” jawabnya.

“Kami minta waktu lima menit di ruangan direktur rumah sakit sekarang,” kata salah seorang polisi.

Meskipun keheranan masih meliputi dirinya, kholid tetap mengikuti perintah polisi tersebut. Setelah semua orang masuk ruangan direktur rumah sakit, dan pintunya ditutup, tiba-tiba ibu tua itu menjerit sambil memukul wajahnya dan mengaca-acak rambutnya sendiri sambil mengatakan, “Inilah pelakunya pak polisi. Jangan biarkan penjahat ini berkeliaran. Oh, anakku, betapa malang nasibmu.”

kholid masih bingung dan tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Dia baru mengetahuinya ketika salah seorang petugas mengatakan.

“Menurut ibu ini, kamu telah memperkosa putrinya dan hamil di luar nikah. Ketika dia mengancam akan melaporkanmu ke pihak kepolisian, kamu pun berjanji untuk menikahinya. Namun setelah dia melahirkan kamu meletakkan anaknya di pintu sebuah masjid agar diambil oleh orang-orang baik dan dititipkan di panti sosial.”

kholid terkejut mendengar ucapan petugas itu, pandangannya menjadi gelap, lidahnya kelu, dan akhirnya dia jatuh pingsan.

Tak lama kemudian kholid pun sadar. Dia melihat dua orang petugas polisi bersamanya di dalam sebuah ruangan. Salah seorang petugas langsung menanyainya, “kholid, tolong ceritakan perihal yang sebenarnya. Saya melihat Anda sebagai orang yang terhormat dan penampilan Anda menunjukkan bahwa diri Anda tidak pernah melakukan perbuatan keji yang dituduhkan ibu tua itu.”

“Wahai manusia, apakah ini balasan dari perbuatan baik? Aku orang bukan orang suci, tapi aku orang yang menjaga diri dari perzinaan. Aku telah menikah dan mempunyai tiga anak; Sami, Saud dan Hanadi, dan aku tinggal di lingkungan yang terkenal bersih dari maksiat.”

kholid tidak bisa mengendalikan dirinya. Tanpa disadari air mata mengalir deras membasahi pipinya. Setelah tenang, dia menceritakan kronologi pertemuannya dengan dua wanita itu sampai dia tertidur pulas di ruang tunggu rumah sakit. Setelah mendengarkan ceritanya, petugas itu berujar, “Bersabarlah kholid, saya yakin Anda tidak bersalah, tetapi masalah ini harus diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kita akan melakukan beberapa tes medis untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.”

“Fakta apa? Aku tidak bersalah dan tidak pernah melakukan perbuatan bejat itu. Mohon maaf kalau saya kasar, anjing saja mau tunduk kepada manusia yang berbuat baik kepadanya, namun banyak manusia yang tidak tahu terima kasih malah membalas kebaikan orang lain dengan kejahatan.”

Kebenaran Yang Terungkap

Keesokan harinya, kholid datang ke rumah sakit untuk diambil sampel spermanya dan diperiksa di laboratorium guna memastikan keterlibatan kholid dalam kejahatan yang dituduhkan ibu tua kepada dirinya. Sementara itu, kholid dan petugas polisi duduk di ruangan lain. kholid tidak putus-putusnya berdoa kepada Allah agar Dia mengungkapkan kebenaran sejelas-jelasnya.

Setelah menunggu hampir dua jam hasil pemeriksaan medis diberitahukan kepada kholid dan dia dinyatakan bebas dari semua tuduhan. Demi mendengar hal tersebut kholid pun bersujud syukur kepada Allah atas nikmat agung ini. Dia juga meminta meminta maaf kepada petugas polisi atas kata-kata kasar yang diucapkannya. Sementara itu, ibu tua dan putrinya dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut.

Sebelum meninggalkan rumah sakit, kholid berpamitan kepada dokter spesialis yang melakukan pemeriksaan medis tersebut.

“Saya merasa mulia atas kedatangan Anda ke sini, tetapi ada satu hal yang ingin saya sampaikan dan saya minta waktu Anda beberapa menit saja.”

Awalnya dokter itu bingung harus bagaimana membicarakannya, namun dia memberanikan diri untuk angkat bicara.

“Tuan kholid, melalui tes yang dilakukan, saya menduga bahwa Anda mengidap sebuah penyakit, tapi aku tidak terlalu yakin, jadi aku ingin melakukan tes medis lainnya kepada istri dan anak-anak Anda untuk menghilangkan keraguan ini. Apakah Anda bersedia?”
Rasa takut mulai menyelimuti kholid, “Dokter, aku mohon katakan penyakit apa yang aku alami. Sungguh aku sangat rela dengan keputusan Allah, tapi yang penting bagiku adalah anak-anak. Aku siap berkorban apa saja untuk mereka,” kata kholid sambil menangis tersedu-sedu. Dokter itu menenangkan dan menghibur hatinya, “Saya benar-benar tidak bisa mengatakannya kepada anda sekarang, bisa jadi kecurigaan saya itu salah. Tapi saya mohon Anda untuk segera membawa istri dan anak anak Anda ke sini.”

Beberapa jam kemudian, kholid membawa istri dan anak-anaknya ke rumah sakit untuk melakukan tes medis seperti yang dikatakan dokter. Setelah selesai, istri dan anak-anaknya diminta menunggu di mobil sedangkan kholid kembali ke ruangan dokter. Baru saja berbicara dengan dokter, telepon genggam kholid berdering. Dia menjawabnya, lalu berbicara beberapa menit, kemudian menutup teleponnya.

Sebelum melanjutkan pembicaraan, dokter bertanya; “Siapa yang baru saja menelepon Anda dan Anda suruh untuk mendobrak pintu rumah?”

“Oh, dia saudara, mamad yang tinggal satu rumah dengan kami sekeluarga. Dia menghilangkan kuncinya, jadi terpaksa pintunya didobrak saja.”

“Sudah berapa lama dia tinggal bersama Anda?”

“Semenjak empat tahun yang lalu dan sekarang studinya sudah tahun terakhir.”

“Bisakah Anda membawanya ke sini untuk melakukan tes supaya dapat dipastikanapakah penyakit tersebut penyakit keturunan atau tidak?”

“Dengan senang hati kami akan datang besok pagi ke sini,” jawab kholid.

Keesokan harinya, kholid bersama saudaranya, mamad pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes medis dan mendiagnosa penyakit. Dokter meminta kholid datang seminggu lagi untuk mengetahui hasilnya.

Selama satu minggu menunggu hati kholid tidak tenang dan dia susah tidur. Akhirnya, pada hari yang telah ditentukan, dia datang ke rumah sakit. Dokter menyambut dengan senang hati sambil menyuguhkan secangkir lemon untuk menenangkan hatinya. Dokter itu membuka pembicaraan dengan anjuran untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah dunia, dan semua hal yang berkaitan dengannya. Namun, kholid sudah tidak sabar, dia memotong pembicaraan,

“Dokter, saya mohon jangan menakut-nakutiku seperti itu. Saya siap menanggung penyakit apapun karena semuanya adalah keputusan Allah, apa sebenarnya penyakitku dokter?” tanya kholid harap-harap cemas.

Dokter menundukkan kepalanya sebentar, lalu berkata, “Dalam banyak kasus, kebenaran itu pahit dan menyakitkan, meski demikian ia harus diketahui dan dihadapi dengan lapang dada. Lari dari diri masalah tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan mengubah kenyataan.”

Dokter kembali diam beberapa saat, sementara jantung kholid semakin berdegup kencang. Dokter itu lalu angkat bicara, “kholid, Anda mandul dan tidak dapat mempunyai keturunan. Ketiga anak tersebut bukanlah anak anda, mereka adalah anak saudaramu, mamad.”

kholid tidak sanggup mendengar kabar mengejutkan ini. Dia menangis sejadi-jadinya sampai terdengar di seluruh ruangan rumah sakit, kemudian dia jatuh pingsan.

Setelah dua minggu mengalami koma, kholid pun sadarkan diri. Dia divonis stroke dan mengalami lumpuh di separuh tubuhnya. Otaknya pun tidak dapat berfungsi dengan normal, dia gila karena shock yang begitu berat. Akhirnya, dia dipindahkan ke rumah sakit jiwa dan tinggal di sana untuk menghabiskan hari-harinya. Sementara itu, istrinya dibawa ke Mahkamah Syariah untuk diinterogasi dan diberlakukan hukum rajam padanya. Saudaranya, mamad tengah berada di balik jeruji besi menunggu hukuman yang pantas untuknya. Adapun ketiga anaknya diserahkan ke panti asuhan dan hidup bersama anak pungut dan anak yatim di kotanya.

Sungguhlah benar apa yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” Itulah sunnatullah (ketentuan Allah), “Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu.” (QS. Faathir: 43)

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu, disebutkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Hindarkanlah diri kalian untuk menemui wanita!” Lalu ada seorang lelaki dari kaum Anshar bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang saudara ipar?” Beliau bersabda, “Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan At-Tirmidzi)

Ath-Thabari menafsirkan, “Maksudnya adalah perbuatan seorang lelaki yang berduaan dengan istri saudaranya sama dengan sesuatu yang menyebabkan kematian; sebab orang-orang Arab menyerupakan sesuatu yang ditakuti dengan kematian.”

Ibnul Arabi berpendapat, “Kata ‘kematian’ adalah kata yang biasa diungkapkan oleh orang-orang arab seperti ‘Singa pembawa kematian’ artinya jika seseorang bertemu dengan singa maka bisa membuatnya mati dimakan singa.” Al-Qurtubi menambahkan, “Jika seorang lelaki berduaan dengan istri saudaranya maka hal itu dapat menyebabkan ‘kematian’ agama bagi istri saudaranya, bisa jadi dia ditalak suaminya, atau bahkan dirajam jika melakukan perzinaan.”*

Kisah ini disarikan dari kumpulan kisah nyata dalam kitab "Qashash Mu`ats-tsirah Lisy-Syabab" karya Ahmad Salim Baduwailan. Diterjemah oleh Yum Roni Askosendra - hidayatullah.com http://www.kabarislam.com/artikel-motivasi/saudara-ipar-pembawa-kematian

Sunday, April 22, 2012

Keajaiban 7 Y!


Hari Rabu lalu ketika saya bersama seorang kawan, menjemput anak saya di sekolahnya, sesampai di sekolah, saya melihat seorang tukang sapu bersih-bersih sekolah sedang mengepel lantai, lalu saya hampiri dan sayapun bersedekah padanya.

Sepulang dari sekolah, kami antar anak-anak saya les, selesai mengantar anak-anak saya les, di dalam mobil yang disupiri oleh supir, saya asyik ngobrol dengan kawan saya tesb. Tiba-tiba saat mobil hendak memutar balik, ada motor tiba-tiba kencang sekali, dan motor itu jatuh, pengendaranya terjungkel ke atas trotoar. Melihat kejadian itu, saya langsung turun dan menyuruh mobil yang saya tumpangi menepi, untuk melihat nasib si pengendara motor tsb. Seraya dalam hati saya berujar,"Yakin saya, ini tidak akan apa-apa, ya Allah", maksudnya tidak akan menjadi masalah besar. Inilah keajaiban yang saya alami, setelah mengenal tulisan-tulisan namanya Ippho Santosa.

Yap kalau melihat dari kejadiannya terjatuhnya si pengendara itu pastilah dia akan luka parah, tapi coba apa yang terjadi..? "saya terus berucap saya yakin tidak akan apa-apa, ya Allah" dan alhamdulillah memang anak muda tsb tidak mengalami luka parah, tidak berdarah sedikitpun, hanya kakinya mungkin harus diurut karena keseleo. Alhamdulillah ya Allah, dan juga motornya agak rusak sedikit. Sebelumnya saya dikerumuni orang banyak, dan menuntut saya harus membawanya ke Rumah sakit terdekat, baiklah saya pasti akan bertanggung jawab, walau sebenarnya saya merasa supir saya tidak salah, karena mobil dikendarainya dengan kecepatan perlahan.

Pendek cerita, sementara motor itu sedang dimasukkan ke bengkel yang dekat dengan lokasi kejadian, dan kerumunan orangpun bubar, karena saya bersedia membawa korban ke RS terdekat. Muncullah seorang bapak tua, dia bilang, "ini motor yang salah, dia berkecepatan tinggi, saya lihat kejadiannya" dan tidak berapa lama sang kakak korban yang beda motor, menghampiri saya dari arah bengkel dan bilang kepada saya," yah sudah bu, kayaknya adek saya tidak apa-apa, nanti berobat ke tukang urut saja." alhamdulillah tak hentinya saya bersyukur pada Allah." lalu sayapun memberi uang kepada si korban untuk berobat ke tukang urut, dan saya jalan menuju ke bengkel, untuk melihat kerusakannya, ketika saya tiba di bengkel motor tsb, ternyata orang-orang di bengkel itu bilang ke saya, " kalau saya jadi ibu, saya tinggal saja bu, ngapain diurusi, wong bukan salah mobil ibu kok, saya juga lihat kejadiannya, buktinya mobil ibu tidak apa-apa." bos bengkel: ' iya bu, walau mobil tidak salah kalau urusan sama motor , pastilah si mobil yang disalahkan." Kemudian saya bertanya kepada si boss bengkel motor tersebut mengenai biaya perbaikan motor anak muda itu, apa coba jawaban si boss? " ya kasih buat montirnya aja, sekedarnya aja bu." Lalu saya menitipkan selembar uang 50 ribu-an, tapi si boss bilang, " kebanyakan bu, 10 ribu saja." saya langsung bengong???!. Selesai sudah urusannya, saya lalu mengajak kawan saya untuk minum, duduk-duduk di Rumah Makan terdekat, karena untuk kembali ke rumah waktunya tanggung karena sebentar lagi, anak-anak saya selesai lesnya. Setiba di rumah makan tsb, saya menyadari kalau kacamata baca saya yang biasa saya taruh di atas kepala saya, hilang. Sempat saya berpikir, kok saya sudah bersedekah, mulai gak ikhlaskah? Hehehe.. gaklah ikhlas kok, hanya sempat terlintas saja, ada kejadian kecelakaan motor tadi walau bukan saya yang memegang kemudi, ditambah kacamata saya hilang? Ok ya sudah ikhlaskan saja.

Keesokan harinya kembali saya melewati jalan tempat kejadian, selesai mengantar anak ke sekolah, saya sendiri yang mengendarai mobil, dan mata saya menyisir sepanjang jalan itu, mencari bapak tua yang kemarin, karena dari kemarin saya sudah niat ingin bersedekah padanya, namun keadaan kemarin tidak memungkinkan. yah tidak ketemu, besoknya lagi juga tidak ketemu, akhirnya pada hari Sabtu kemarin saat saya, suami dan anak-anak dalam perjalanan pulang kembali ke rumah, saya melihatnya, dan sayapun bilang kepada suami, saya mau bersedekah pada bapak itu, dia ikut menyaksikan kejadian kemarin itu. akhirnya terlaksanalah niat saya ingin bersekah kepada bapak itu.

Setibanya di rumah, kawan saya yang kemarin ikut satu mobil dengan saya dan juga melihat kejadian itu, BBM ke saya dan dia mengirimkan foto kacamata saya, dengan pesan "ada yang mau jual kaca mata mau gak" Spontan saya membalasnya, " itu kan kacamata akuuuuu :D, senangnyaaaaa akhirnya kacamataku kembali, bagaimana bisa coba kacamata itu bisa ada di dalam tasnya? Suatu keajaiban lagi, subahanallah, alhamdulillah.
Benar-benar keajaiban-keajaiban sudah terjadi dengan menerapkan 7Y, yakin, yakin, yakin, yakin, yakin, yakin, yakin!

7 Keajaiban Rezeki karya Ippho ‘Right’ Santosa

Bagi yang belum baca buku 7 Keajaiban Rezeki ini, saya sarankan 
segera beli!!!
anda tidak akan menyesal,
karena buku ini sangat bagus sekali, diulas dengan bersumber referensi  dari Al-quran dan Sirah Rasulullah untuk memotivasi kita merubah mindset kita selama ini. Tulisannya diurai dengan bahasa yang memudahkan orang untuk membaca buku tersebut. Menarik, dan banyak manfaat yang ditawarkan kepada pembaca dalam hal membentuk mindset otak kanan.
Testimoni yang sudah membaca buku ini silahkan klik di sini


simak hal. 27-28

Pecundang vs Pemenang

Mengawali buku ini, saya mengajak Anda menyimak kisah seorang anak, yang sering dianggap pecundang oleh lingkungan di sekitarnya. Begini ceritanya.
  • Sejak kecil, ia sudah sakit-sakitan. Bahkan ketika SD, pernah 1 bulan ia tidak masuk sekolah karena sakit. Dapat dikatakan diantara teman-teman dan saudara-saudaranya, dialah anak yang paling sering sakit!
  • Sampai SMA, kondisi fisiknya masih sangat lemah. Hampir setiap bulannya, ia selalu tidak masuk sekolah selama beberapa hari, karena alasan sakit. Bayangkan, saking lemahnya, sewaktu olahraga dan upacara saja, seringkali ia pingsan. Padahal dia laki-laki dan sudah SMA!
  • Bukan Cuma gampang sakit. Ketika kelas 3 SMP, ia adalah anak paling bodoh untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Ketika kelas 1 SMA, ia adalah satu-satunya anak yang tidak berani tampil di depan kelas. Selain minder, ia juga kuper. Teramat sangat kupernya.
  • Tidak cukup sampai di situ. Keluarganya yang serba pas-pasan itu tinggal di rumah kontrakan di Dumai, sebuah kota kecil di Riau. Selama 10 tahun ibunya bekerja dan setiap hari pulang menumpangi becak. Kemudian keluarganya pindah ke kota lain di Kepulauan Riau dan tinggal di rumah tipe 21. Yah, terhitung rumah yang sangat kecil untuk sebuah keluarga yang terdiri dari 6 orang.
  • Ketika ia merantau kuliah, ayahnya meninggal. Agar bisa bertahan hidup dan kuliah, ia berjualan makanan setiap harinya, dari pukul 6 sore sampai pukul 12 malam.
Begitu beranjak remaja dan dewasa, barulah ia menyadari kelemahan-kelemahan dirinya. Iapun berniat, berhasrat, dan bertekad untuk berubah, dari pecundang menjadi pemenang. Dan berkat pertolongan Yang Maha Kuasa melalui Sepasang Bidadari, ia berhasil mengubah nasibnya. Betul-betul berubah!
  • Bagaimana kesehatannya? Dibanding teman-teman dan saudara-saudaranya, dialah yang paling jarang sakit. Andai sakit sekalipun, hampir selalu ia sembuh tanpa harus berobat atau ke dokter sama sekali.
  • Bagaimana Bahasa Inggris-nya? Siapa sangka, ia sempat jadi penerjemah untuk proyek PBB, dosen untuk kelas internasional, dan pengarang lagu dengan lirik Bahasa Inggris.
  • Bagaimana penampilannya di depan umum? Sulit dibayangkan, selain jadi dosen, ia juga jadi  pembicara nasional. Pernah pada suatu waktu, ia menjadi satu-satunya pembicara nasional yang berdomisili di daerah dan masih berusia 20-an. Yah, kelemahannya telah berubah menjadi kekuatan yang tak terkalahkan.
  • Bagaimana pergaulannya? Rupa-rupanya, ratusan ribu teman-temannya tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di sejumlah negara. Bukan Cuma itu. Pengaruhnya pun meningkat berkali-kali lipat melalui seminar-seminar, buku-buku dan bisnis-bisnisnya. 
  • Bagaimana keuangannya? Iapun memiliki beberapa bisnis.
Sebagian dari anda mungkin bisa menebak. Yah dengan segala kerendahan hati saya sampaikan, orang itu adalah saya sendiri Ippho Santosa. Hendaknya, rangkaian kejadian di atas menyadarkan kita semua bahwa menjadi pemenang itu adalah hak siapa saja. Tidak jadi soal apakah dulunya kita lemah, bodoh, minder, kuper, berasal dari keluarga miskin, berasal dari daerah, atau apapun. Karena bagi Yang Maha Kuasa, tidak ada yang mustahil. Apalagi kalau Sepasang Bidadari sudah turut menyertai. Jadi siapakah Sepasang Bidadari itu? … 


simak hal. 31-39

  • keridhaan Yang Maha Kuasa itu tidak terlepas dari keridhaan orangtua
  • berbakti kepada orangtua itu akan menguak langit dan memanggil rezeki
  • doa orangtua membuat rezeki Anda betul-betul tercurah
  • Orangtua dan doanya, inilah bidadari yang pertama.


  • Orangtua selalu membanggakan Anda. Apakah Anda selalu membanggakan mereka?
  • Orangtua selalu mendoakan Anda. Apakah anda selalu mendoakan mereka?
  • Orangtua selalu berkorban untuk anda. apakah anda selalu berkorban untuk mereka?
  • Orangtua berusaha membahagiakan anda. Apakah anda berusaha membahagiakan mereka?
  • Orangtua membesarkan serta menafkahi Anda dan saudara-saudara Anda, tanpa pernah mengeluh. Padahal kehidupan orangtua kadang serba berkekurangan. Tapi, begitu Anda dan saudara-saudara Anda beranjak dewasa, malah mengeluh ketika harus membantu dan menafkahi orangtua. Padahal kehidupan Anda dan saudara-saudara Anda sering serba berkecukupan.

Mempercepat Terwujudnya Impian 
Terapkan 7Y. Apa itu? Yakin, yakin, yakin, yakin, yakin, yakin, yakin!
Menetapkan Kapan & memperjelas Semuanya
semakin jelas, semakin baik. Misalkan saja:
  • Seseorang berkata," Saya ingin omzet naik!" Benar itu terjadi, tapi cuma naik Rp.5.000. Halah, kekecilan!
  • Kemudian ia berkata lagi'" Saya ingin omzet naik menjadi Rp.50 juta!" Benar itu terjadi, tapi naiknya 20 tahun kemudian. halah kelamaan!
  • Mestinya ia berkata,"Saya ingin omzet naik menjadi Rp.50 juta mulai Juli 2010!" Jadi, jelas berapanya, jelas kapannya.
Memahami Matematika Tuhan
simak Hal. 48
Ketika Golongan kanan
menciptakan Keajaiban...
simak Hal. 55-57
  • Anda berani berteriak,"Mau keluar dari kemiskinan? Tingkatkan pendapatan!" Kebalikannya, Golongan Kiri cuma berani berbisik, "Ketatkan Pengeluaran."
  • Ringkas kata, dengan otak kanan, Anda dapat menciptakan keajaiban-keajaiban. Apakah itu dalam karier, bisnis, kehidupan, ibadah, pokoknya dalam apapun!
Ketika Istilah-istilah
Serba Kanan Ditemukan...
  • Al-Quran dibaca dari kanan ke kiri, tidak seperti kitab-kitab lainnya. 
  • Sebuah rambu-rambu bertuliskan, "Gunakan lajur kanan untuk mendahului pesaing.
Bertindak Cara Kiri
  • Kalau anda bersedekah pakai otak kiri, yah susah. Pasti segitu-segitu saja jumlahnya.
  • Kalau Anda membuka usaha pakai otak kiri, yah susah. Pasti kebanyakan, "Hitung-hitung, tapi-tapi, kalau-kalau, jangan-jangan!"
otak kanan dan agama mengajarkan

simak hal. 61
  • Sedekah dulu, barulah rezekinya bisa berlimpah

simak hal. 64

  • Ingatlah, setiap kali anda mengeluh - disadari atau tidak, diucapkan atau tidak - maka otak akan merekam keluhan itu dan menguatkannya. Maka pastikan otak merekam dan menguatkan sesuatu yang positif.
simak hal. 70 
Gimana sih caranya agar kita bisa akrab dengan DIA? yah cobalah bisnis modal dengkul dan bisnis modal jidat. Modal dengkul maksudnya sering-sering bersimpuh. Modal jidat maksudnya sering-sering bersujud. Sejauh ini saya mengamati, orang yang rajin mengingat Yang Maha Kuasa, rajin beribadah malam, rajin berpuasa, rajin membaca kita suci, dan rajin memberi, maka intuisinya sangatlah tajam dan cepat.


simak hal. 77
salah satu wasiat penting Nabi,"Berdaganglah engkau karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu berada di perdagangan."

anda yang penasaran, segeralah beli dan baca sendiri selengkapnya 








Untuk Ippho Santosa terimakasih atas tulisan-tulisannya yang telah mencerahkan pikiran banyak orang yang membacanya. Ditunggu lagi bagi-bagi ilmu selanjutnya yah.